Ada seorang anak Papua berusia 15 tahun,
namanya Jacobus. Suatu hari Jacobus
berlari lari menemui Pak Asep Guru SMP di pedalaman Papua. Jacobus meminta Pak Asep untuk mengobati anjingnya yang sekarat. Pak Asep tersenyum dan mengiyakan.
Mereka berdua menuju rumah Jacobus.
Melihat anjing tersebut sekarat, Pak Asep yang asli
orang Cibeunying itu menempelkan telapak tangannya ke jidat anjing dan berkata
dalam bahasa Sunda ;
"Njing,njing, lamun sia rek modar, gancang modar wae, mun
rek hirup,gancang geura cageur ulah ngahesekeun aing". (Anjing, anjing, kalau kau
mau mati cepat mati saja, kalau mau hidup cepat segera sembuh, jangan nyusahin
aku)
Jacobus yang tidak bisa bahasa Sunda
berpikir Pak Asep berdoa menggunakan mantra mantranya. Diam-diam Jacobus menghafalkan kata-kata yang dia kira doa. Setelah itu Pak Asep langsung
pulang.
Beberapa hari kemudian, Jacobus lari-lari ke rumah Pak Asep, bermaksud melaporkan kalau anjingnya sudah
sembuh. Namun ternyata, Pak Asep sedang
sakit. Jacobus terkejut, langsung menuju ke kamar Pak Asep dan menempelkan
telapak tangannya ke dahi Pak Asep.
Selanjutnya Jacobus membaca mantra ... "Njing,njing,lamun sia rek modar,
gancang modar wae, mun rek hirup,gancang geura cageur ulah ngahesekeun
aing".
Pak Asep kaget dan tertawa langsung sembuh. dasar gelooooo siah Jacobus. Aing teu hayang seuri ge jadi seuri.